ゼッキョウシ の世界

ゼッキョウシ の世界
ルキ - ガゼット

Selasa, 29 Juni 2010

my favourite japanese poem

「雨ニモマケズナ」

"ame ni makezu na"


宮沢賢治 (1896~1933)
by Miyazawa Kenji


雨ニモマケズナ
風ニモマケズナ
雪ニモ夏ノ暑サニモマケズナ

ame ni mo makezuna
kaze ni mo makezuna
yuki ni mo natsu no atsusa ni mo makezuna


大丈夫ナカラダヲモチ
欲ハナク
決シテイカラズ
イツモシズカニワラッテイル

daijoubu na karada o mochi
yaku ha naku
keshite naku
itsumo shizuka ni waratte iru


日ニ玄前四合ト
味噌ト少シノ野菜ヲタベ

hi ni kenmae yogou to
misou to sukoshi no yasai o tabe


アラユルコトヲ
ジブンノカンジョウニ入レズニ
ヨクミキキシワカリ
ソシテワスレズ

arayuru koto o
jibun no kanjou ni irezuni
yoku mi kiki shi wakari
soshite wasurezu


野原ノ松ノ林ノ小サナ萱ブキノ小屋ニイテ

nohara no matsu no hayashi no chiisana kaya buki no oya ni ite


東ニ病気ノコドモアレバ
行ッテ看病シテヤリ

tou bi byouki no kodomo areba
itte kanbyou shite yari


西ニシカレタ母アレバ
行ッテソノ稲ノ束ヲ負イ

tai ni shikareta haha areba
itte sono ine no taba wo oi


南ニ死ニソウナ人アレバ
行ッテコワガラナクテモイイトイイ

nan ni shini souna hito areba
itte kowagaranakute mo ii to ii


北ニケンカヤソショウガアレバ
シマラナイカラヤメロトイイ

boku ni kenka ya soshou ga areba
shimaranai kara ya mero to ii


ヒデリノトキハナミダヲナガシ
サムサノナツハオロオロアルキ

hideri no toki hanami da wo nagashi
samusa no natsu wa orooro aruki


ミンナニデグノボートヨバレ
ホメラレモセズ
クニモサレズ
ソウイウモノニ
ワタシハ
ナリタイ

minna ni degunobou to yobare
homerare mo sezu
kuni mo sarezu
sou iu mono ni
watashi wa
naritai


"Tidak Kalah Terhadap Hujan Pun"

Tidak kalah terhadap hujan
Tidak kalah terhadap angin
Tidak kalah terhadap salju dan tidak kalah juga dengan panasnya musim panas

Memiki badan yang kuat
yang tidak memiliki hawa nafsu
Sama sekali tidak akan marah
Selalu akan tertawa dengan senang

Dalam satu hari saya akan makan empat takaran beras murahan
dan sedikit sayuran dengan miso

Berbagai macam hal
tidak akan saya masukkan dalam perasaan
Saya akan lihat dan dengar baik-baik, lalu akan mengerti
dan saya tidak akan melupakannya

Saya akan berada di gubuk kecil beratap jerami di bawah naungan pohon cemara

Kalau ada anak yang sakit di timur
Saya akan pergi ke sana dan merawatnya

Kalau ada ibu yang lelah di barat
Saya akan pergi ke sana dan memikul ikatan padinya

Kalau ada orang yang hampir mati di selatan
Saya akan pergi ke sana dan mengatakan tidak usah takut

Kalau ada perkelahian maupun penuntutan di utara
Saya akan mengatakan berhentilah, karena hal itu tidak ada gunanya

Pada waktu kemarau saya akan mengalirkan air mata
Pada waktu musim panas yang dingin saya akan berjalan mondar-mandir gelisah

Walaupun saya dipanggil si tolol oleh semua orang
dan tidak dipuji
Saya tidak akan menderita karenanya
Saya ingin
menjadi
orang yang seperti itu

Rabu, 09 Juni 2010

[Fanfic] 贈り物 [okurimono]

[Fanfic] 贈り物 [okurimono]

A Birthday's Fanfic for Reita


title: 「贈り物」-GIFT-

author: キヨシ -kiyoshi-

rate: dunno~ *baka author xD*

fandom: the GazettE

pairs: reitaxruki

genre: fluff, little bit of crack, yaoi, mxm, family, angst

summary: Oyasuminasai, dear! Terima kasih atas hadiah indahnya~

disclaimer: Walo udah telat seminggu, but I want to make something to your day, it's all for you Reita~ お誕生日おめでとう、うえ-ちゃん! (*^_^*). Kayaknya agak kepanjangan, maaf author memang malas buat yang berchapter, jadi disatuin aja hahaha xD LOL

*******

5月27日午前12時10分/27 May 00.10am

Rentetan suara dering mail yang masuk ke ponsel flip hitam di atas meja malam itu membuat Reita terbangun dari tidurnya. Sambil duduk dengan bantal yang mengganjal lehernya di tempat tidur, ia pandangi deretan mail pendek yang daritadi tak henti-hentinya masuk ke ponselnya. Senyumnya pun mengembang sedikit demi sedikit seiring banyaknya pesan ucapan selamat untuknya di awal detik usia barunya ini. Padahal jam baru menunjukkan pukul dua belas lewat, namun dia sudah menerima banyak pesan dari teman-teman, ibu, dan pastinya ia juga mendapat ucapan selamat dari Ruki kekasihnya.

-----------
from: 俺のルキ

お誕生日おめでとうバカくん!Hope all the best for my BAKA dear~ XP
ps: スペッシャールの贈り物を送ってあげて、待ってね!X3
(dari: My Ruki *LOL*
Selamat ulang tahun, baka-kun!! Hope all the best for my BAKA dear~ XP
ps: Tunggulah, aku akan mengirimkan hadiah khusus. X3)

-----------
from: 母ちゃん

今日亮くんは二十九歳になったですね。お誕生日おめでとう!お体に大切にして下さいよ! :-)
(dari: ibu
Hari ini Akira-kun sudah 29 tahun ya. Selamat ulang tahun! Jagalah terus kesehatanmu! :-) )

-----------
from: 葵

オタンオメー ^____^
(dari: Aoi
Selamat ulang tahun! ^____^)

-----------
from: 麗
ボンクラ君、お誕生日おめでとう!元気って、素晴らしい一年を祈ってるんぞ!wish you all the best! \(^0^)/
(dari: Uruha
Selamat Ulang tahun bonkura! Semakin sehat dan semoga kau melewati hari-hari menyenangkan selama satu tahun kedepan. Wish you all the best! \(^o^)/)

-----------
from: 戒

れいたくん、 お誕生日おめでとう~。じゃ、ずっとガンバッテほしいなあ~! (*^_^*)
(dari: Kai
Reita-kun, Selamat ulang tahun! Teruslah tetap berjuang seperti biasa! (*^_^*) )

-----------
from: 静香姉

オタンオメー うえちゃん!
29歳なあ、うえくんもうおじいさんになったさ~ ハハハ~ XD
だから早く結婚したがらないなあー! フフフ (^_^)v
(dari: Shizuka Nee
Selamat ulang tahun, Ue-chan! Sekarang sudah 29 tahun ya, dan sebentar lagi kau akan tampak seperti om-om, hahaha~ XD. Makanya, cepat-cepatlah menikahlah! (^_^)v)

----------
"Hahaha... Kakak benar-benar mengejek". Katanya sambil terkekek membaca pesan terakhir yang masuk ke ponselnya. Reita tampak sangat senang membaca deretan mail itu dan ia pun sempat menyimpan beberapa mail dari orang-orang spsesialnya dalam memory handphonenya.
Tapi matanya kemudian terbelalak saat kemudian masuk sebuah pesan dari seseorang yang sama sekali tak terlintas di pikirannya akan mengirimkan ucapan.
----------
from: 父

二十九歳のお誕生日おめでとう~ ! ますますのご活動を祈ってます。
(dari: Ayah
Selamat ulang tahun yang ke 29! Ayah harap semoga kegiatanmu bisa terus berjalan dengan lancar)
----------
Segurat senyum yang daritadi menghiasi bibir tipis Rei menghilang begitu saja. Dia hanya diam memandangi sederetan kata yang terpantul dari ponselnya. Sebuah pesan dari sang ayah yang sudah lama tak dijumpainya itu seharusnya membuat Reita tersenyum bahagia, namun sebaliknya entah mengapa rasa bahagia itu tidak terpintas sedikitpun di benaknya. Orang itu sudah terlanjur meninggalkan kekecewaan di hatinya dengan meninggalkan Reita, ibu, dan kakak perempuannya sejak dua puluh tahun yang lalu. Mereka bertiga pun terpaksa membiayai hidup mereka sendiri setelah ayahnya lebih memilih untuk menetap di luar negeri untuk menghindari kejaran hutang-hutangnya. Sejak saat itu, ia pun tidak pernah tahu dimana ayahnya berada, tak pernah sedikitpun pria paruh baya itu memberikan kabar kecuali mengirimkan uang untuk biaya hidup mereka.
Reita terheran, bagaimana bisa ia dengan mudah orang yang sudah tak pernah setelah dua puluh tahun tak meninggalkan kabar itu mengirim pesan ucapan selamat ulang tahun untuknya. Sungguh hal yang menggelitik batinnya. Apa itu hanyalah salah satu cara orang itu untuk mendapatkan hati keluarganya lagi??. Ia tahu mungkin ayahnya ingin kembali menyambung hubungan dengan istri dan anak yang sudah lama ditinggalnya. Memang sudah beberapa kali Reita mendapat telepon dari ibunya yang bercerita tentang kembalinya ayah mereka ke rumah lama mereka di Shounan. Tapi tak ada sedikitpun keinginannya untuk kembali bertemu dengan pria itu.
Mungkin bagi ibunya yang terlanjur mencintai pria itu, pria yang meninggalkannya iitu tetaplah suami tercintanya. Orang yang harus selayaknya dilayani, dihormati, dan dipatuhi seorang wanita yang sudah bersumpah terus bersamanya, meskipun cinta kepada orang itu telah membuatnya menderita. Namun, bagi Reita, pria itu bukan lagi ayahnya. Seorang ayah tidak mungkin dengan mudahnya lari dari tanggung jawab terhadap keluarganya hanya demi kepentingannya sendiri dengan semudah itu. Sosok orang itu sebagai ayah baginya sudah hilang semenjak dua puluh tahun lalu.
Tanpa pikir panjang Reita langsung menghapus mail singkat itu. Membuang pesan itu ke tempat sampah memori ponselnya menganggap seakan tidak pernah ada.
"Hhhhhh.." Sambil berdesis kencang, ia tutup ponsel flipnya dan menaruhnya di meja samping ranjang tidurnya. "Yak, jogging time!". Sambil sedikit melakukan stretching sebentar, Reita membuka pintu apaatonya. Akhir-akhir ini Reita memang sedang giat melakukan jogging tengah malam. Hal ini ia lakukan karena kesehatannya yang terganggu karena lelahnya bekerja di studio akhir-akhir ini. Ya, Reita-yang-selalu-mengaku-sebagai-pria-tersehat-itu baru saja sembuh dari flu!. Geez, padahal ia sudah sesumbar pada Ryou-chin kalau ia tidak akan tertular virus itu. Tapi kondisi tubuh yang tidak fit dan udara musim dingin yang masih terasa di awal musim semi, mau tak mau membuat badan pria kekar itu takluk juga XD
Terlebih lagi Reita benar-benar kecewa dengan penyakit yang telah membuat kacau acara kencannya dengan Ruki itu. Meski ia sudah terbiasa dengan benda bernama masker itu, tapi sungguh berjalan berdua dan bermesraan dengan memakai masker di tengah kencan merupakan hal yang tidak mengenakkan baginya. Ruki pun menyarankannya untuk sedikit berolahraga. Walau ia tahu kekasihnya itu juga jarang melakukan hal tersebut, tapi ia menjadi sedikit bersemangat karena nyatanya memang lemak di tubuhnya sedikit bertambah di bagian perut dan tangan. Ini kesempatan baginya untuk mengurangi sedikit berat badannya xD
Seperti biasa Reita melewati jalur joggingnya yang biasa, letak apaatonya memang tak jauh dari Ueno Kouen yang tak jauh jantung kota Tokyo. Jogging track di jalan-jalan di sekitar kompleks apaatonya pun cukup banyak. Dan untungnya ia selalu melepas nosebandnya jika pergi ke luar, jadi tak heran tak ada satupun orang yang ditemuinya di jalan itu menyadari dengan predikat artis ketika melihatnya.
Setelah merasa cukup lelah, ia pun kembali ke apaatonya. Dengan keringat yang masih bercucur dari dahi dan lehernya ia memutuskan untuk menaiki tangga menuju lantai 5 apaato yang cukup gelap, karena memang menaiki tangga dan tidak memilih lift juga merupakan salah satu program dalam sport exercisenya xD

******

(Reita's pov)

5月27日午前1時12分/27 May 01.12am

CKLEK
"Okeri!". Aku yang baru saja masuk ke genkan apaatoku dan melepas sepatu, hampir jatuh terkejut, seseorang menutup kedua belah mataku dari belakang dengan tangan kecil yang dingin.
"Aa Ruu-chan. Aku tahu ini kamu!". Aku sudah paham benar kebiasaan jahil kekasih kecilnya itu. Dan kali ini pun aku yakin pemilik tangan kecil itu yang melakukannya.
"Ahahaha.. Kenapa langsung tahu? Kau tidak lucu Rei-kun!". Ruki melepas genggaman tangannya dari mataku dan tampak merengut kesal.
"Hei, ini sudah larut. Kenapa kau kemari?". Katanya sambil menggenggam tangan kecilnya yang dingin itu.
"Otan-ome ne, Reita-kun~ ^___^". Ruki menyerahkan sebuah bingkisan kecil yang dari tadi ia letakkan di meja kecil di sampingnya. Bungkusan kecil yang cukup berisi itu, aku pun agak keberatan memegangnya dengan sebelah tangan.
"Ahh.. apa ini??"
"Hard disk. Aku harap kau suka, meski aku tahu, aku tidak bisa mengembalikan semua datamu yang hilang"
"Sankyuu dear~ ^^". Hahaha kekasih kecilku ini manis sekali. Aku memeluk pria kecil di depanku ini dan mengecup keningnya dengan hangat. Sejak awal aku memang tidak mempermasalahkan rusaknya sebagian data yang ada di hard disk itu. Karena ruki pun memang tidak sengaja menjatuhkannya saat mereka sedang tour di Osaka beberapa bulan yang lalu. Aku masih mengingat muka kacau Ruki yang terus menghindarinya semenjak ia menjatuhkan benda tersebut di suatu tempat.
"Sebenarnya, aku masih punya hadiah lain untukmu". Katanya sambil menggaruk-garuk rambut cokelat ikalnya yang mulai lurus kembali.
"Oya?! Apa itu??"
"Tapi, tampaknya kau sudah mengantuk. Jadi...". Aku terkekeh melihat rona merah di pipinya, pria kecil di depanku ini tampak malu untuk mengungkapkan hal yang ingin ia katakan.
"Eh.. Tidak! Aku tidak mengantuk. Aku hanya sedikit kehabisan nafas, hhhhh...". Jawabku sambil sengaja mendesahkan nafasnya seakan dalam keadaan kelelahan yang menyiksa untuk menggodanya xD
Melihat lelucon yang kuperbuat, dengan sedikit terkekek Ruki mengumpulkan keberaniannya dan mendekatiku dengan perlahan. Dengan tangan yang ia lingkarkan di leherku, ia mendekatkan hidungnya tepat di depan hidungku tanpa noseband kali ini. Saat wajahnya yang sudah berada beberapa senti di depan mataku, degupan jantung pun berpacu dengan lebih cepat.
"Ahahahaha... Kalau begitu aku akan membantu kau bernafas". Malam itu Ruki memberi kecupan hangat di dua belah bibir yang terasa kering. Aku peluk tubuh pria kecil itu dengan semakin erat, merengkuhnya dalam kehangatan yang terbawa dalam tubuh kami di atas hangatnya ranjang berlapis selimut milikku. Lidah kecilnya itu terasa sangat manis. Aku membiarkan lidah manisnya bermain dengan lidah yang terasa pahit karena berbagai obat penghilang flu yang masih harus aku minum rutin.
"Ummmmmm....". Sudah lama kami tidak melakukan hal seperti ini. Baik Ruki ataupun aku sama-sama tenggelam dalam padatnya jadwal tur dan proses rekaman band kami yang sangat padat. Aku sama sekali tidak menyangka ia menyempatkan dirinya untuk menemaniku di awal usia baru kali ini. Aku selalu terpana dengan perhatiannya yang tak terduga. Meskipun hal itu tidak selalu ia tujukan di depan orang lain, aku tau dia sangat memperhatikanku. Semakin aku mengengenal kepribadian manisnya yang unik, semakin dalam pula aku menyayangi orang ini lebih dari apapun.
"Ruu... aku mencintaimu!". Kecupan panas itu pun berlanjut ke arah yang lebih intim. Aku merengkuhnya dalam gulatan hasrat yang kini sudah semakin meluap. Melucuti segala macam hal yang menghiasi tubuhnya. Mengecup berbagai tempat di tubuhnya yang tersamar dengan redupnya cahaya kamar. Merasakan manisnya perasaan di dada ini sekaligus memuaskan naluri hidup yang telah tak tertahankan. Kubiarkan benda keras di selangkanganku ini memasuki lubang di tubuhnya dengan perlahan. Kami menyatukan diri dalam sebuah kehangatan yang tercipta dari luapan hasrat yang muncul malam itu.
"Uhnn... Rei...."
"Maaf, pasti sangat sakit ya??". Aku berulang kali mengecup kedua pipinya, mencoba menenangkan tubuh kecil itu saat merasa kenikmatan yang kami rasa ini membuatnya merasakan perih. Berusaha membuat ia merasa nyaman meski aku tahu ia telah berkali-kali mendesahkan rasa sakit yang wajar ia terima dalam permainan yang kami lakukan kali ini.
"Ti... tidak apa". Namun kali ini ia tersenyum. Tampaknya Ruki sudah cukup bisa menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya itu. Ia bukan lagi Ruki yang dulu yang selalu menangis kesakitan ketika permainan ini kami lakukan untuk pertama kali. Ruki sudah merasa cukup terbiasa, apalagi ia tahu sangatlah jarang ada kesempatan untuk berdua lagi seperti ini. Sangatlah jarang untuk kami melakukan hal ini.
Sungguh malam yang indah. Tangan kami, mulut kami, badan kami, kini sudah semakin basah. Saat ini kami pun sudah berada di titik kepuasan. Aku belai tubuh halus itu dan merengkuhnya dalam dekapan tangan itu. Tubuh manis yang lelah itu kini telah terlelap. Setelah mengecup lembut bibirnya yang basah dengan cairan dari tubuhku, aku bisikkan kata-kata kesukaannya, "Aku mencintaimu, Ruu".
Ia pun tersenyum tampak senang dalam lelapnya, meski saat ini tubuh lelah itu tidak bersua tapi aku tahu dia juga sangat senang dengan malam ini. Aku pun mengambil pakaianku dan pakaiannya yang tergeletak di lantai. Tubuh polos mungil yang kelelahan itu memeluk tubuhku dari belakang. Meski telah sangat lelah, tapi dengan sedikit mengatur nafas lelahnya ia membisikkan sesuatu di telinga kananku. "Aku juga mencintaimu, Rei. Otanjoubi Omedetou~ ^^"
Sambil menyelimutinya dengan selimut tidurku, aku membaringkan wajah lelah itu ke ranjang tempat kami berjamah tadi dan mengecup keningnya dengan hangat. "Oyasuminasai, dear! Terima kasih atas hadiah indahnya~ ^^"

*******
(Reita's pov)
5月27日午前4時25分/27 May 04.25am

Tapi, malam itu aku kembali terbangun dari mimpiku.
Alunan musik itu kembali terdengar.
Dentaman suara piano lembut sonata terdengar seperti menggema di setiap sudut kamar.
Layaknya seperti dejavu, melodi itu kembali mengingatkanku dengan; keceriaan, kepercayaan, dan harapan puluhan tahun lalu.
Aku tidak mengerti alam apa yang sedang aku injak saat ini, meski aku tersadar tapi aku seperti berada di alam mimpi.
Suara itu terus terdengar setiap kesadaranku menghilang dalam rasa kantuk yang tak tertahankan.
Sudah seminggu ini aku terperangkap dalam suara melodi ini.
Ditambah malam ini dan sebelumnya aku bermimpi berada di Paris dan melihat seseorang memainkan piano.
Meski tak terlihat jelas, aku tahu sosok itu menampakkan figur dari seseorang yang selalu memainkan lagu ini.
Sosok yang sama dengan yang aku lihat kemarin dan sebelumnya.
Aku pun teringat sosok yang begitu kukagumi juga sekaligus kubenci.
Sambil tersenyum tipis sosok itu melemparkan pandangannya kepadaku.
Dan entah mengapa jantung ini merasakan nyeri dan berdegup dengan cepatnya.
Begitu terbangun pun dentaman sonata itu tak kunjung menghilang.
Seperti merasa berada di sebuah persimpangan antara dunia mimpi dan kenyataan.
Yang bisa aku lakukan selanjutnya, hanyalah menutup telingaku dengan kedua tangan yang basah.
Mencoba menghilangkan suara lembut yang berkali-kali mengganggu.
Mencoba melelapkan kembali badan yang sudah terasa sangat lelah ini.
Namun tampaknya hal itu sia-sia.
Suara itu semakin menghilang seiring fajar menyingsing hari kelahiranku kali ini tiba.
Begitu kembali, aku menoleh ke samping dan memperhatikan wajah terlelap itu.
Wajah tersenyum itu masih terlelap, untunglah!
Sambil membelainya aku merasa rasa tentram ini akhirnya kembali.
Dan aku pun tersenyum: untunglah hanya aku saja yang mendengarnya.

********

5月27日午前11時10分/27 May 11.10am

"Yoo... birthday boy, ayolah traktir kami sesuatu!!!". Aoi melingkarkan tangannya ke pundak Reita, berusaha merayu pria pirang itu untuk membagi kebahagiaan khusus di hari ini. Proses perekaman single baru mereka memang belum selesai seutuhnya. Masih ada beberapa bagian dari lagu itu yang perlu diperbaiki. Sambil beristirahat sejenak, ia dan personil bandnya menghabiskan waktu mereka di ruangan istirahat studio kecil mereka yang tampak hangat dengan terik matahari musim semi yang masuk dari jendela ruangan.
"Hahaha... kita kan belum gajian. Tapi yah, baiklah. Setelah rekaman selesai, kalian datanglah ke rumahku"
"Hee... hontou?". Sindir Uruha yang paham dengan sifat irit Reita.
"Hmm... aku memang berniat menyiapkan pesta kecil di rumah baruku"
"Wah, sekalian syukuran rumah baru yah?". Tanya Kai yang baru saja kembali dari toilet.
"Ya, bisa dibilang begitu"
"Tapi... kenapa aku tidak tahu tentang pesta itu?". Tanya Ruki dengan muka sedikit masam sambil memakan potongan cheese cake di depannya.
"Ahahaha... maaf dear~. Ini hanyalah jamuan kecil. Kebetulan ibu dan Kak Shizu lah yang membuatkan hidangannya, jadi kalian tidak perlu khawatir dengan makanannya. Yah, aku harap kalian semua dan para staff kita bisa datang"
"Iya, kami pasti datang!". Jawab empat orang di depannya dengan serentak. Baik Ruki, Aoi, Uruha, dan Kai paham dengan teman mereka yang satu ini. Meski sering tidak serius dan mengatakan lelucon garing untuk menghibur mereka yang terlalu lelah dengan pekerjaan, Reita adalah orang yang sangat menghargai orang lain.
Pagi ini saat baru memasuki studio Reita sudah disambut dengan kue dan jamuan pesta kecil yang disiapkan khusus oleh mereka berempat dan beberapa staff management bandnya. Berbagai makanan yang terbilang cukup mewah dengan Matsuzaka beef bakar, beberapa set Ootoro Sushi, dan sejumlah botol beer mereka semua sajikan khusus untuknya. Namun bukan karena itu saja yang membuat ia gembira. Perhatian orang-orang disekelilingnya lah yang membuatnya sangat senang menjadi bagian dari mereka. Oleh karena itu, mereka berempat tidak bisa menolak undangannya sebagai ucapan terima kasihnya itu.
"Hei, untunglah kau tampak sangat bugar hari ini". Aku menyindir pria pendek di depanku yang sedang melahap frankfrut keduanya yang dibelinya di kantin studio.
"Hahhh... tentu saja aku tidak apa-apa karena hanya hal itu"
"Ohhh.. baguslah, aku kira kau akan sakit"
"Ahahaha... tenang saja, aku bukan anak kecil!". Jawab Ruki sok gentle dan disambut pelukan gemas di lehernya dari Reita dari belakang XD
"Hei, tampaknya semalam kalian habis melakukan sesuatu ya?". Ejek Uruha yang menatap geli ekspresi malu-malu dari dua orang pasangan itu setelahnya.
"Ti... tidak!!!!" Jawab mereka berdua serentak.
"Ahahahaha... lalu kemana kau semalam Ruu saat aku menelpon rumahmu semalam?"
"Heee.... itu... itu...". Ruki tampak kehabisan kata-kata meladeni ejekan Uruha. "He..hei Rei, katakan sesuatu donk!"
RRRRRRRRRRR
"Ah maaf... tunggu sebentar". Reita merasakan getar di saku tempat ia menaruh ponselnya. "Moshimoshiー". Ia mengangkat panggilan di ponselnya itu dengan segera. Dan sejenak ia terpaku mendengar jawaban dari seberang. Wajahnya mendadak pucat sejenak setelah menutup ponsel flipnya.
"Ada apa, Rei?". Tanya Ruki dan Uruha serempak yang penasaran dengan isi percakapan ponselnya.
"Tidak.. tidak ada apa-apa". Jawab Reita singkat sambil menyinggungkan senyumnya seperti biasa.
"Hoo... aku pikir ada sesuatu. Yasudah, ayo kita cepat kembali!". Uruha pun meninggalkan ruangan itu dan bergegas kembali ke studio. Ya, proses editing rekaman mereka memang akan dimulai beberapa menit lagi.
"Ayo Ruu, kita kembali!". Ruki tampak heran melihat keanehan yang terpampang di wajah tersenyum itu. Tapi meskipun begitu, ia tidak mempunyai waktu untuk bertanya apapun lagi, karena jam istirahat mereka telah usai.

*******

5月27日午後3時20分/27 May 03.20pm

Aneh. Itulah yang terlintas di benak Ruki saat melihat sikap Reita setelah mengangkat telepon siang tadi. Seperti orang linglung, pria tinggi bernoseband itu menjadi sering kehilangan konsentrasinya dalam rekaman hari ini. Ruki yang tampak jengah dengan sikap anehnya yang tidak biasa itu langsung menyeret pemuda itu keluar studio setelah proses rekaman bassnya usai.
"Sebenarnya ada apa? Kau tampak tidak seperti yang biasanya?". Sesuai yang ia duga Reita hanya terdiam, tampak menghindari pertanyaannya dengan mengalihkan pandangannya ke luar studio. "Katakan saja padaku. Aku bukan orang lain bagimu kan?". Katanya sambil menggenggam lembut tangan Reita, berusaha untuk membujuknya mengatakan sesuatu.
"Sepertinya, aku akan membatalkan pesta hari ini"
"Heee.. maksudmu?? Sebenarnya ada apa??"
Reita menatap bola mata yang penuh dengan rasa penasaran itu, kemudian tersenyum dan berkata, "Ayahku meninggal. Ibu mendapat berita dari rumah sakit tempat ia dirawat di Paris semalam. Dan siang tadi jenazahnya tiba di rumah kami. Ibu baru saja menghubungiku karena ia tahu aku sedang sibuk recording"
"Ya Tuhan!"

********
(Reita's pov)

5月27日午後5時30分/27 May 05.30pm

Begitu aku sampai ke depang gerbang rumah baru kami ini, aku disambut dengan deretan karangan bunga dan mobil-mobil milik kerabat yang berderet di depan pagar rumah. Rumahku sudah penuh sesak dengan kerabat yang berdatangan semenjak siang tadi. Begitu memasuki ruangan yang penuh sesak dengan kerabat itu, aku hanya diam mematung di depan foto orang itu yang tergantung tepat di tengah-tengah ruangan tengah yang dipakai untuk menaruh altar kematiannya. Sejak awal, aku ke sini bukan untuk melihat orang itu terakhir kalinya. Suara isakan ibu yang kudengar di telepon tadi terus menerus membuatku tidak tenang. Aku datang hanya untuk menghibur ibuku, hanya itu saja.
Tak lama kemudian, aku melihat Ibuku masuk ke ruangan tengah ini dengan membawa beberapa perlangkapan Shoushiki (upacara kematian) bersama para kerabat. Begitu menyadari kehadiranku, Ibuku hanya tersenyum simpul dan berkata, "Aki, kau sudah datang. Ah, selamat sore Ruki!"
"Selamat sore, tante! Saya turut berduka cita". Pria kecil yang datang denganku ini menunjukkan wajah simpatinya dan disambut dengan senyuman ibu.
"Terima kasih”.Jawabnya lembut. “Oiya, Akira, kau tidak ingin melihatnya??. Pergilah ke kamar ibu, dia ada di sana. Ibu harus menyiapkan prosesi pemakaman dulu dengan paman".
Aku pun hanya terdiam mendengar pertanyaannya. Apa aku harus menemuinya?. Apa aku harus turut bersedih atas orang yang tidak pernah menganggap kami ada?. Aku hanya terdiam, melayangkan pandangan pada foto orang itu yang tergantung tepat di depanku.
"Temuilah dia". Ruki yang sejak tadi berada di sampingku menggenggam tanganku dengan erat.
"Tapi...."
"Lihatlah meskipun kau tidak ingin lihat. Jangan biarkan dirimu larut dengan rasa sesal setelah kremasinya selesai. Aku akan menunggu disini"
Ya, aku memang tidak ingin melihat orang yang tidak bertanggung jawab itu lagi. Tapi entah kenapa begitu mendengar perkataan Ruki, hati kecilku bergejolak.
Sesal... apakah nanti aku akan merasakan rasa itu setelah jasad akhirnya lenyap menjadi tumpukan debu??. Apakah aku akan merasakan hal itu??
Tapi.... Akhirnya dengan langkah sedikit ragu, aku melangkahkan kakiku ke arah lantai dua tempat kamar Ibu berada. Kakakku yang baru saja keluar dari kamar itu, tersenyum saat melihatku. "Masuklah Aki, okuribito-san baru saja selesai meriasnya, ayah tampak sangat tampan". Sambil menepuk pundakku, kakak pun membisikkan sesuatu di telinga kananku. Aku terpana sejenak dengan bisikan yang dilontarkan padaku.
“Oiya, Ayah sudah menyiapkan hadiah untukmu”
“Hadiah?. Aku tidak mengerti dengan ucapan kakak”
“Hm.... Kau lihat saja di dalam!” Katanya sambil menepuk pundakku untuk kedua kali.
Kuputar kenop pintu di depanku dan membukanya secara perlahan. Aroma wangi yang menyeruak dari riasan yang dipakainya tercium di seluruh ruangan. Pandangan mataku tertuju pada peti yang berada di tengah ruangan. Aku melihat jasad di peti itu yang terbujur kaku dengan mengenakan setelan jas hitam.
"Ternyata kau sakit ya??" Aku perhatikan raut wajah orang yang terus tenggelam dengan kehidupannya sendiri selama dua puluh tahun itu. Tak ada yang berbeda kecuali berbagai kerutan di wajah dan rambutnya yang menipis. Hanya saja tubuhnya memang semakin kurus, terlihat luka mendalam di kakinya akibat penyakit diabetes yang menggerogotinya selama beberapa tahun.
"Kenapa baru kembali sekarang?. Kau tahu, aku, kakak, dan ibu hampir menjadi gelandangan". Reita mendelik tajam dengan nada bicara sinis mengejek orang itu. Walau ia rasa itu percuma, wajah itu hanya terdiam, Reita tahu meski ia memarahi atau memukulnya saat ini, orang di depannya itu tidak akan bereaksi apa-apa. Orang itu sudah mati. Rohnya sudah berada jauh dari raga.
"Selamat datang kembali ayah! Dan selamat tinggal!". Namun saat aku menutup peti di depanku ini, tak sengaja aku melihat sesuatu terselip di saku jas ayahnya itu. Aku yang penasaran menarik secarik kertas itu. Begitu kubuka dan membaca sederetan kata yang tertulis mataku tiba-tiba terasa perih dan nampaknya rasa benci ini akan sirna sedikit demi sedikit mulai detik ini.

********

6月3日午後9時00分/3 June 09.00pm

‘Selamat ulang tahun Akira! Kau sudah semakin dewasa. Sukses dengan karirmu dan terus jagalah ibu dan kakakmu dengan baik. Maaf ayah tidak bisa pulang ke Jepang. Tapi ayah punya sesuatu untukmu, meski hanya sebuah amplop kecil yang tak ada nilainya tapi ayah akan sangat bahagia bila seorang bintang sepertimu menyukainya.’
Reita berkali-kali membaca surat yang diterimanya seminggu yang lalu. Ya hari ini tepat seminggu berlalu, walau belum hilang sepenuhnya, suasana duka itu masih terasa. Reita masih terpana terhadap beberapa hal yang tidak ia ketahui sebelumnya. Ia masih penasaran dengan hadiah apa yang diberikan ayahnya dalam amplop yang sepertinya dikirim ke alamat rumah lamanya. Dengan rasa keingintahuannya yang mendalam, Reita menyempatkan diri untuk menyambangi kediaman lama keluarganya. Setelah meminta izin ke manajemen dan teman-teman lainnya yang sibuk, ia seorang diri menaiki Shinkansen jam paling pagi menuju rumah kecilnya di Shounan, Kanagawa.
Rumah itu masih berdiri tegak, hanya terlihat beberapa rumput yang meninggi menutupi taman kecil yang dirawat ibunya sejak ia kecil. Ia memasuki Genkan rumah bergaya Jepang kuno itu sambil mengusap sedikit debu di pinggiran pintu masuknya. Rumah ini memang baru ditinggali sebulan oleh ibu dan kakaknya yang pindah ke Tokyo, namun Reita sudah delapan tahun meninggalkan rumah ini untuk mewujudkan impiannya sebagai pemusik, rasa rindu itu pun memuncak.
Hal pertama yang ia lakukan adalah menuju ruang tengah, tempat altar kakek-neneknya berada. Ia lalu menaruh dengan hati-hati kotak kayu yang tersegel dengan rapih di tengah-tengah altar. Sambil menepuk-nepukkan tangannya, Ia mendoakan arwah dari pemilik abu tersebut dengan khidmat.
“Yak, aku sudah menunaikan tugasku, Ayah”. Katanya sambil menggantung foto seorang pria tepat di depan menghadap kotak kayu tersebut. Sambil tersenyum lega ia bangkit dari bantal duduknya yang daritadi menyangga lututnya. Ia lirik jam tangannya dan nampak segera bergegas meninggalkan rumah itu. Namun sebelum itu ia teringat pesan kakaknya untuk mengambil sesuatu di kotak masuk di depan gerbang rumahnya. Dan tampak satu amplop besar bertumpuk diantara surat tagihan dan undangan di kotak surat itu.
Amplop cokelat besar yang berisi sebuah CD dan sebuah notes kecil di atas cover CD.
‘For Akira: Ini hasil rekamanku bersama sahabat di Paris. Lagu yang sering kita mainkan saat kau kecil, kau masih ingatkah?. Dengarkanlah dan maafkan ayah selama ini’
Reita yang tampak terburu-buru mengambil discman dari dalam ransel punggungnya, tampak sangat penasaran dengan isi Disc yang dikirimkan itu.
…………………
Begitu dentangan musik itu terdengar Reita merasakan sesuatu yang bergetar hebat di dadanya. “Mu…musik ini….”. Sambil membesarkan volume ia memperhatikan irama musik klasik itu dengan seksama. Musik yang sama dengan yang ia dengar di tengah tidurnya selama seminggu sebelum hari kematian ayahnya. Suara melodi aneh yang terus menghantui tidurnya yang kemudian menghilang tepat hari pemakaman ayahnya. “Ti… tidak salah lagi….” Ia mematikan sebentar discman yang digenggamnya. Keringatnya mengucur deras, jantungnya pun berdegup dengan cepat. Sambil berusaha mengatur nafasnya, ia memejamkan kedua matanya perlahan. Sosok yang ia lihat di mimpinya seminggu yang lalu. Dentaman musik yang tampak tak asing ternyata memang sering didengarnya. Ya, saat ini ia yakin bahwa sosok yang terlihat di mimpinya adalah ayahnya.
Ia menutup kedua matanya kembali merenggangkan ketegangannya yang semakin memuncak. Emosinya pun berjalan seiring dengan berputarnya sonata di telinganya. Ia pun teringat omongan ibunya yang mengatakan bahwa ayah memang sedang dirawat di Rumah Sakit semenjak beberapa bulan yang lalu.
Mungkin benar, mimpi adalah sebuah pertanda. Alunan musik itu, sosok memainkan piano itu, bayangan kota paris di mimpinya itu. Ya, ayahnya berusaha menyampaikan kabarnya kepada Reita melalui mimpi itu. Suara dentaman musik itu seolah mengabarkan bahwa ayahnya masih mengingatnya. Dan tak lama air matanya pun mengalir.
“Kenapa baru memberitahuku sekarang??”. Ia memang membenci ayahnya yang sudah meninggalkannya bertahun-tahun. Namun ia lebih benci dengan sosok yang tidak pernah memberinya kabar berita, membuatnya menunggu bertahun-tahun dengan rasa penasaran tentang kabar orang tersebut. Lalu muncul kembali dengan sekumpulan kata ucapan selamat ulang tahun dan CD ini saja. Yang ia butuhkan bukan ucapan selamat atau maaf. Tapi yang ia butuhkan dari ayahnya adalah keberadaannya. Berkumpulnya kembali sekeluarga, memeluk erat ibunya dengan hangat, mengusap rambut kakaknya, dan memukul punggunggnya dengan penuh canda. Karena selama ini selain membencinya, jauh di lubuk hatinya ia sangat menyayangi dan mengagumi ayahnya.
‘Halo, Rei’
‘Ruu… tolong bilang pada Ryou-chin. Aku akan kembali ke Tokyo besok’
‘Hee… ada apa?? Kau baik-baik saja?’
‘Ya, aku tidak apa-apa. Ja mata ashita! ^^’ Setelah menutup teleponnya, Reita mendengarkan musik yang mengalun lembut di telinganya itu berkali-kali. Dentaman suara piano ayahnya. Ia ingin sekali lagi merasakan kehangatan seorang ayah yang begitu dikagumi sekaligus dibencinya itu melalui permainan piano terakhirnya. “Selamat tinggal, Ayah! Terima kasih atas hadiahnya!”

*O.W.A.R.I*



Makasih yang udah menyempatkan diri buat baca, fic ini memang telat banget tapi saya rasa sayang untuk hanya menyimpannya. Komentar dan sarannya sangat dinantikan ^_^. Dan mohon maaf bila banyak kesalahan dalam penulisan ^^>


どうもありがとう!XD

Kamis, 06 Mei 2010

atashi no shujin tachi no petto

atashi no shujin tachi no petto [my husbands's pet LOL]




I know that Ruki has girlfriend now T____T


yauwwwwww.. he really love her so much than his self T____________T


I'm so envy~ lol


Yay... I envy with chihuahua... LOL


here it's, KORON chan X3





you can see koron's clothes, bed, owww so cute T^T

ok! i'm apologize it~ LOL

ころんちゃんは超可愛いなあ~ >___________<



please take care Ruki, koron chan! XDDDDDDDD





that's KEIJI XD

Reita's lovely pet x3


Keiji look like Reita *liat jambul kuningnya XDDDD*




wohhhhhhhhhhhhhhhhhhhh... i envy with them LOL

fanfic koron's confession chap.4

title: koron's confession
chap: 4
author: kiyoshi
rate: pg
pairs: reitaxruki, koronxkeij
disclaimer:ruki please do more sp.service to reita in nlsb XD

+++
"Huahh..percuma". Sdh sharian kami mncari kberadaan keiji di tiap sudut ruangan apaato si bodoh ini. Nmun tak satu pun jejak lain yg mnunjukkan khadiran keiji di apaatonya.
"Knpa apaatomu jorok sekali sih?". Tdk hanya piring2 kotor di dapur,bberapa konsol dan cd game,selain itu pakaian2 kotor pun smuanya tergeletak tak beraturan di sekitar kamarnya. Benar2 tdk tampak sperti tmpat tinggal manusia.
"Hehe..kbetulan krn akhir2 ini qt sibuk d studio,jd.."
"Jd kau membiarkannya bgtu saja?"
"Yaa, begitulah"
"Hhhh..pantas saja kau dan keiji tkena flu scr bsamaan pd natsu kmarin". Lalu aku mulai merapikan setumpuk cd game yg trcecer d atas sofa di dpanku.
"Eeto,kau mau apa Ruchan?"
"Keiji psti tdk betah trus tinggal di apaatomu. Cepat bantu aku merapikan smua ini!"
+++
Niat kmi utk mncari keiji pun mjadi hilang sjenak. Sdh 2 jam kmi brdua bahu membahu mngembalikan ksehatan udara apaato dekil ini. Alhasil ruangan sempit ini mjdi lebih layak utk dtinggali.
Hari pun smakin larut. Smbil menggendong koron yg trtidur d lenganku, kami berdua duduk d atas sofa d ruang tv.
"Kasihan,koron psti lelah"
"Ya. Ia tdk prnah secemas ini" Ktaku smbil mngecup dahi anak mungilku.
"Hmm..Skrg sdh malam,sebaiknya qt kmbali mncari keiji besok"
"Iya"
"Baik,aku akn mngantarmu pulang"
"Tnggu sbentar!"
"Ya?"
"Kau pnya minuman?"
"Hee?!"
+++
GLEKGLEK
"Knapa memandangku bgitu?" Aku mnangkap pndangan anehnya saat mlihatku mneguk skaleng bir yg diberinya.
"Tdk..tdk apa2"
"Lalu,knp kau memalingkan wajahmu bgtu?"
"Aah..a.aku hanya.."
"Apa?" Tnyaku heran.
"HAHAHA"
"Kau aneh,Reikun!"
Ku tinggalkan si bodoh sbntar utk mletakkan anakku d rnjang mungilnya.
Bgitu kmbali, tubuh kekar yg kucari itu sdg brdiri tegap di beranda. Tngan yg kulingkarkn di pinggangnya membuat ia trsadar dr lamunan kecilnya. "Ruu?"
"Kau kangen keiji?"
"Iya, sdikit"
Kupererat dekapanku utk menenangkan gelisahnya.
"Anoo..Ru,boleh aku mengecupmu?" Ktnya dg sdikit gugup.
Aku tesenyum mdengar prtanyaannya. "Tentu saja"
Lalu tnpa ragu ia pun menyentuh daguku,mendekatkan mukanya tepat ke dpanku. Ktika mata sayup yg hangat itu menatapku,kmi brdua brciuman. "Umm.." Aku bnar2 trbuai. Kecupan kedua belah bibirnya yg hangat. Dekapan eratnya,sntuhan jmari lembutnya,smua memprkeras laju jntungku.
Tp,tak lama stelah itu trdengar dentaman keras tepat di jln dpn apaatonya.
BUAGH
"A..aoi?!"

tbc~

Sabtu, 01 Mei 2010

shourai minna mo shiranai no?

shourai nani o suru no?

dare to seikatsu o suru darou ka?

anata no yume ga kanau ka dou ka tabun shiranai no?

nihon ni tsuite benkyoushiteru no hitotachi wa nihon ni seikatsu suru no ga dekimasu ka?

nihon go ga yoku dekiru ni natta no wa kangaemasu ka?

sore de, daigaku o sotsugyou shita ato nani o suru naa?


hhh. . berbagai macam pertanyaan sering muncul di benak kita, saat kita memikirkan ttg masa depan.

setelah lulus, mau melakukan apa??

akankah impianmu tercapai?

bisakah kamu menginjak dua tempat itu di kemudian hari?

satu tempat yg menjadi cita-cita di dunia. satu tempat yg terlalu berkilau selalu membuat satu impian yg menjanjikan berbagai hal.

satu tempat yg menjadi tujuan dari kehidupan. tempat yg membantu menyokong kehidupan lain kita kelak.

tak terlepas dari itu semua. apakah kau pernah berusaha?

berusaha bukan hanya dengan usaha kerasmu sendiri. berusaha bukan hanya dengan doa dan bantuan orang lain.
tapi berusaha memupuk hubungan kepercayaan dengan orang lain. berusaha membangun sebuah link menuju tempat yg kamu tuju dengan lebih mudah.


kau terlalu mudah terobsesi dengan suatu hal. tp mudah juga bosan.

masa depan itu bukanlah suatu hal yg mudah terbayang di kepala.

bisa saja setelah menulis blog ini kau menjadi sakit.
bahkan bisa saja kau sudah melupakan impianmu dan dilupakan seiring dg ketidakhadiranmu di dunia suatu saat nanti.


tp. perkataan seorang sahabat sedikit memberikan kesadaran di benakku. "pikirkanlah apa yg kau mau lakukan sekarang, tidak usah repot-repot memikirkan masa depan dengan terlalu keras. hal yg akan terjadi nanti pasti tak diketahui dan semua kejadian itu pasti akan muncul sesuai dg waktunya yg dijadwalkanNya. berusaha keras lah dg kehidupanmu saat ini, krn hari ini akan menjadi bekalmu di masa depan ^ ^"


i wish my dreams come true. God, please take me to your road. If have a chance, i wish i can see Your holly place in Mecca and see my dream place to visit Japan. I wish i can do it ^ ^

Rabu, 28 April 2010

Fanfic 苦いミント -nigai minto-

Title: 苦いミント (Bitter Mint)

Author: kiyoshi

Fandom: the GazettE

Pairing: RukixReita *mochiron x3*

Genre: Fluff

Rating: dunno~~~ *baka xD*

Summary: Kau tidak apa-apa, Reita?? Mukamu pucat.

Disclaimer: Oioi minasan!!!! Oshirase~~~ REITUKI IS MINE!!! Hohohow ♥.♥ *dijedodin ke tembog rame-rame XDDD*

Ja, yominasai nyaaa~~~~ ^^v


++++

“Uhhhh, mual”. Reita menghentikan permainan bassnya lalu setelah menaruh bass kesayangannya di sofa ia pun bergegas pergi menuju pintu keluar studio.
“Mau kemana Rei??”. Sang leader Kai langsung menanyakan ke mana anak buahnya itu akan pergi setelah sukses menghentikan latihan mereka kali ini.
“Maaf, aku mau ke toilet sebentar”. jawab Reita singkat sambil membuka pintu di depannya.
“Cepat kembali! Latihan kita baru dimulai” Ruki tampak sedikit kesal dengan tingkah sang bassist yang tiba-tiba menghentikan latihan rutin mereka pada hari ini, padahal besok lusa mereka sudah harus rekaman single baru tapi permainan bass Reita masih saja acak-acakan.
“Iya”. Tanpa pikir panjang dengan tangan yang menahan mulutnya itu pun segera melesat berlari menuju toilet yang berada di pojok gedung studio mereka.
“Huweeekkkkkk…”. Ia lalu memasukkan kepalanya ke dalam wastafel toilet dan membuka air keran dari wastafel itu untuk mencuci pinggir wastafel dari cairan kotor yang keluar dari mulutnya itu.
“Hhhhhhh…. Seharusnya kemarin aku menginap saja di rumahnya”. Sebenarnya kemarin malam Reita kehujanan setelah mengantar Ruki pulang ke rumahnya dengan motor sport kesayangannya. Padahal Ruki sudah menyuruh Reita untuk menginap sehari di rumahnya, karena hujan malam itu yang turun deras tidak kunjung berhenti. Walau ia tahu betul pemuda kecil itu akan marah sekali jika ia menolak tawarannya, namun dengan mempertimbangkan banyak hal Reita memilih untuk pulang ke apaatonya. Lalu akibatnya dari tadi pagi Reita merasa air yang jatuh di sekujur tubuhnya tadi malam itu membuat badannya agak sedikit berat untuk digerakkan.
“Kau tidak apa-apa??” Uruha yang penasaran dengan kondisi sahabatnya itu ternyata pergi menyusulnya ke toilet.
“Iya… tidak apa-apa”. Ia mencoba mengatur nafasnya sambil berkumur-kumur dengan air keran di depannya. Rasa mual yang ia rasakan di perutnya pun belum juga hilang, ia pun sudah berkali-kali memuntahkan kembali isi perutnya ke dalam wastafel.
“Memangnya semalam kau habis minum banyak??”. Sambil menyerahkan teh oolong kalengan yang hangat dan handuk kecil di tangannya kepada Reita, Uruha menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu dengan pelan.
“Tidak, aku hanya kehujanan. Sankyuu!” Tanpa basa-basi Reita langsung meneguk teh kalengan itu tanpa tersisa.
“Hee… Pasti masuk angin. Kau belum minum obat ya??”.
“Tidak. Aku tidak suka obat! ==”. Katanya sambil mengelap kedua telapak tangannya dengan handuk yang diberikan Uruha.
“Haa dasar kau ini. Yasudah, ayo cepat kembali! Sepertinya chibi sudah bosan menunggumu terlalu lama”. Uru pun melangkahkan kakinya keluar dari toilet itu setelah mencuci kedua tangannya.
“Ya, baiklah”. Dengan sedikit mengatur keseimbangannya, Reita yang tertinggal di belakang segera menyusul Uruha kembali ke ruang latihan. Dan seperti yang diduga di ruang tersebut ia melihat sang vokalis kecil mereka sedang duduk merengut sambil menyeruput kopi panas di samping Aoi yang sedang melatih ritme gitarnya.
“Maaf, aku lama!”
“Kau tidak apa-apa, Reita?? Mukamu pucat”. Kai yang cepat khawatir itu pun langsung bertanya tentang kondisi salah satu membernya itu.
“Tidak apa-apa”. Reita tersenyum simpul, mencoba menenangkan kepanikan sang leader.
“Ayo kita mulai latihannya lagi!!!”. Dengan sikap dingin Ruki pun langsung menaruh cup kopi panasnya di meja, lalu pergi menuju ruang dalam studio. Para member lainnya pun mengikutinya langkah sang front man yang sedang tidak dalam kondisi mood yang bagus itu. Reita hanya bisa menghela nafas panjang, ia tahu Ruki masih kesal dengan penolakannya semalam. Lalu dengan langkah lunglai ia pun kembali mengambil bassnya dan masuk ke dalam studio latihan.

++++

“Yamerou! Yamerou!”
“Nee, kenapa Ruu??”. Aoi tampak heran dengan perkataan Ruki yang tiba-tiba menginginkan mereka berhenti latihan.
“Aku mau keluar sebentar!”. Ruki langsung bergegas mengambil jas mantelnya yang tergeletak rapih di sofa, lalu tanpa basa-basi ia pun pergi keluar dari studio.
“Hhhh... si boncel itu kenapa lagi sih??” Aoi hanya menggaruk-garuk kepalanya sambil mematikan amplifier gitarnya.
“Ahh.. sekarang sudah masuk jam makan siang ya, yasudah kita akhiri saja latihan kali ini. Kita lanjutkan setelah jam tiga nanti. Otsukaresama Minna~~!”. Kai menyudahi latihan pada hari itu dan ia pun tampak ingin segera bergegas keluar dari ruang studio mereka.
“Yoo Rei, kau tidak mau makan??”. Aoi tampak heran dengan Reita yang masih saja belum mematikan ampli bassnya.
“Tidak, aku tidak lapar”. Reita masih belum menginginkan makanan apapun masuk ke mulutnya yang mulai terasa pahit.
“Hhhhh… jangan terlalu kau paksakan dirimu, mukamu sudah seperti mayat hidup, ayo kita makan dulu!”. Aoi menarik tangan Reita yang masih asyik memetik senar bassnya.
“Tidak… aku masih mau latihan sebentar lagi”. Reita tahu alasan Ruki menghentikan latihan mereka karena dirinya terus melakukan kesalahan.
“Hahaha… sudahlah Rei, jangan terlalu memaksakan dirimu”. Uru pun menepuk pundak sahabatnya itu.
“Hm… Iya, mukamu pucat, sebaiknya kau istirahat dulu sebentar!”. Kata Kai yang mencoba menasihati.
“Tapi, aku tidak lapar”
“Huft yasudah. Kalau kau lapar, jangan lupa susul kami ke bawah ya!”. Kata Aoi sambil mengacak-acak rambut pirang Rei.
“Ya, baiklah”
Lalu mereka bertiga pun langsung keluar menuju kantin gedung PSC yang berada di lantai satu. Reita pun kembali memetik senar basnya sendiri di studio itu. Reita sadar betul akan kesalahannya, Ruki sudah bekerja satu minggu di studio untuk merancang susunan arrangement dan lirik untuk lagu baru mereka selama beberapa bulan ini, sedangkan ia yang hanya bertugas menciptakan beberapa bait dan menghafalnya saja masih terus lupa dengan tugasnya, jadi wajar saja kalau Ruki menjadi semarah itu kepadanya. Terlebih lagi sampai sekarang pun Ruki yang merasa kesal karena penolakan Reita semalam membuatnya masih belum menegur si pirang itu seperti biasanya, jadi wajar saja Reita merasa sangat bersalah padanya saat ini.

++++

“Hehhh Ruu, sedang apa kau???”. Kai yang sedang pergi ke luar untuk membeli beberapa botol minuman itu langsung terkaget ketika melihat Ruki yang baru saja keluar dari konbini yang akan dikunjunginya itu.
“Ini!”. Ruki memperlihatkan isi dari kantung plastik yang dibawanya keluar dari konbini tersebut. Kai melihat berbagai jenis obat untuk flu, maag, bahkan diare yang baru saja dibeli Ruki.
“Heee untuk apa obat sebanyak ini?? Kau tampak baik-baik saja”
“Tentu saja bukan buatku”. Jawabnya singkat.
“Lalu??”
“Tentu saja untuk si bodoh itu. Aku curiga pasti karena terkena hujan setelah mengantarku semalam, dia jadi tidak konsentasi latihan”
“Ohhhh buat Reita. Jadi kau khawatir juga ya padanya??”. Kai terkekeh mendengar ekspresi muka Ruki yang tiba-tiba memerah saat ia menyebut nama Reita.
“Cihhh… Siapa yang khawatir dengannya. Aku cuma tidak mau orang bodoh itu terus menganggu latihan kita”
“Hahahaha… Kau lucu sekali Ruu”. Kai yang geli melihat sikap malu-malu Ruki langsung mencubit pipi chubby vokalisnya itu dengan kedua tangannya.
“Hehhh itaaaiiii, Kai!!!!, Cepat lepaskan tanganmu!!”. Ruki memang tak semanis penampilannya, omongannya selalu blak-blakan, sifatnya yang egois pun membuat ia mudah tersinggung mendengar celetukan orang lain.
“Uhhh… dasar kau benar-benar tidak manis”. Kai menghentikan tindakannya setelah Ruki terus saja menghardiknya dengan tatapan tajam.
“Lalu kau sendiri sedang apa??”
“Oh, aku mau berbelanja soft drink, sake, dan bir, Ryou-cin kebetulan tidak masuk hari ini, kasihan para staff di studio yang kehabisan minuman”
“Wahhh leader-sama kita memang baik~~ xD!!”. Ruki balik menyindir Kai dengan mengusap-usap rambut baru Kai.
“Heh… hehhh.. hentikan Takacchi! Tanganmu kotor, rambutku bisa bau! Cepat kembali sana!”
“Iya… iya berisik! Dasar bawel! xp”. Ruki langsung pergi menjauhi Kai yang tanpaknya ingin sekali menjambak rambut barunya yang baru ia potong kemarin. Kai yang melihat Ruki pergi menjauh dari hadapannya langsung terkikik melihat tingkah vokalis chibinya yang jaim itu.
“Haha… kalau Reita tahu, ia pasti akan senang sekali”. Sambil menahan tawanya ia lalu mendekati pintu masuk konbini seven eleven yang berada tepat dua langkah di depannya.

++++

“Uhhh… shit! Mual lagi!”. Tampaknya rasa mual setelah terkena air hujan semalam itu ternyata masih terasa di perut Reita. Lalu dengan sigap, ia pun segera menaruh bassnya lalu bergegas membuka pintu studionya.
CKLEK…
Namun sebelum Reita menarik kelop pintu, seseorang di luar studio sudah menarik kelop dan membuka pintu terlebih dulu. Reita pun lebih terkejut dengan sosok yang muncul tepat di depan pintu studionya.
“Lho Rei, mau kemana??”. Ruki yang baru saja tiba di studio mendadak terheran melihat Reita yang tampak terburu-buru keluar dari studio sambil memegangi mulutnya dengan sebelah tangannya.
“Tidak apa-apa. Minggir Ruu!!”
“Hei… hei… kau mau kemana??” Ruki yang penasaran dengan Reita, malah menarik T-Shirtnya dan menyebabkan Reita yang kehilangan keseimbangan itu langsung jatuh menimpa badan mungilnya. “Ouchhh… itai!!! Omae baka!!! Kenapa sih kau ini??”
Reita tidak menjawab pertanyaan Ruki, mukanya masih memerah karena menahan rasa mual itu. “Hu… huwekkkkkkkk”. Namun celakanya ia tidak bisa menahan rasa mualnya lagi, Reita pun dengan sukses langsung membuat kemeja putih Ruki berlumuran muntahannya seketika.
“EEHHHHHHH…. REITAAAAA??!!!”. Ruki tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya terkejut saat ini baju baru yang dibelinya kemarin langsung kotor dalam hitungan detik.
“Hah… ma… maafkan aku, Ruu!”. Reita yang masih merasa mual langsung lari secepat kilat menuju toilet. Ia pun langsung menuju wastafel terdekat untuk memuntahkan kembali rasa mualnya.
“Huwekkkkk…. Uhukuhukuhuk….”
“Hei, kau tidak apa-apa kan?”. Terdengar suara seseorang dibelakangnya yang juga menepuk pundaknya dengan perlahan.
“Lho, Ru? Iya tidak apa-apa. Uhukhukhuk…”
“Kau sakit??”. Ruki menepuk pundak Reita kembali, lalu memegang tengkuknya untuk meredakan rasa mualnya.
“Tidak.. aku tidak apa-apa. Mungkin hanya masuk angin”. Sambil meredakan rasa mualnya, Reita kembali membasuh mulutnya dengan air wastafel. “Oiya, maaf bajumu jadi kotor!”
“Hmm… tidak apa lah”. Ruki langsung mengucurkan air di wastafel sebelah Reita untuk membersihkan noda muntahan. Setelah kotoran di bajunya sudah cukup bersih, Ruki lalu membuka bajunya yang masih kotor itu.
“Lho, Kenapa kemejamu dibuka? Kau tidak kedinginan Ruu??”
“Tidak, aku tidak akan pernah merasa kedinginan”. Katanya sambil meletakkan baju kotornya di pinggiran wastafel.
“Ehh??!! Ma.. maksudmu??”. Reita terheran melihat Ruki yang saat ini hanya mengenakan singlet putihnya itu mendekatinya setelah mengambil beberapa helai tissue toilet di sampingnya.
“Kotor”. Dengan jari telunjuk yang terbungkus kertas tissue, Ruki mengelap sisa muntahan yang ada di tepi bibir Reita dengan seksama.
“Sa… San… kyuu!!!”. Hanya ucapan yang terbata-bata yang bisa keluar dari mulutnya. Kedua pipinya langsung memerah, jantung Reita pun serasa berhenti saat ini, jarak dirinya dengan Ruki hanya beberapa sentimeter saja, ia pun bisa merasakan nafas yang keluar dari pria di depannya itu.
“Kau sudah makan???”
“Belum. Lidahku terasa pahit, jadi….”. Jawabnya sambil memalingkan wajah. Reita tidak bisa melihat wajah Ruki yang saat ini benar-benar terlalu dekat, jantungnya benar-benar sedang berpacu dengan cepatnya.
“Hm… Sepertinya kau sakit karena terkena hujan semalam ya?. Huft, kan sudah kubilang untuk menginap di rumahku dulu. Lihat sekarang kau jadi sakit kan…”. Ruki menceramahi Reita sambil melipat kedua tangannya. Reita yang melihatnya hanya bisa mengangguk berkali-kali mendengar omelan kekasihnya tersebut, namun ia juga merasa lega karena jarak di antara mereka sudah mulai menjauh.
“Huhhh… padahal ini kemeja kesayanganku” katanya sambil melipat kemeja miliknya.
“Maaf!”
“Hei, bisa pinjam uangmu??”
“Hee… uangmu habis??”
“Jangan tertawa!! Uangku habis untuk membeli ini!”. Ruki memperlihatkan kantong plastik berlogo seven eleven yang digenggamnya sejak memasuki gedung PSC kepada Reita yang berada di depannya.
“Hee… banyak sekali… ini semua untukku???”. Reita terkaget ketika melihat isi dari kantong yang ia terima itu. “Kenapa kau beli sebanyak ini???”. Reita memang maklum dengan kebiasaan Ruki yang boros saat berbelanja, tapi kali ini dia benar-benar terkejut melihat berbagai macam obat yang dibeli Ruki untuknya.
“Aku tidak tau kau sakit apa. Jadi kubelikan saja semua”. Jawabnya santai, lalu mencuci tangannya di wastafel, lalu ia pun berbalik mendekati Reita yang masih sibuk dengan isi dalam kantong plastik yang diberikannya.
“Cepat minum kalau sudah makan!”. Ucapan Ruki memang sedikit kasar namun Reita tersenyum senang mendengar perhatian dari kekasihnya itu.
“Sa.. sankyuu ^^"
"Dou ita ^^"
"Tapi… aku kan tidak suka…”
“Apa?? Aku sudah capek-capek membelikannya”
“Tapi…….”
“Hmm… Rasanya sama saja dengan lidahmu yang terasa pahit itu kan”. Air muka Ruki pun berubah, dengan senyum yang mulai tersungging di bibirnya, ia memegang dagu Reita dan mengangkat wajah di depannya itu dengan perlahan. “Atau perlu aku bantu untuk meminumkannya??”
Reita pun tercegang mendengar pertanyaan Ruki barusan, namun ia lebih terkejut lagi saat makhluk kecil di depannya itu mulai mendekatkan muka ke depannya, dengan tangan yang masih memegang dagu Reita ia pun menekan bibir Reita dengan bibirnnya secara perlahan. Reita yang terkaget pun hanya bisa pasrah menerima kecupan tiba-tibanya. Ia pun lalu menikmatinya dengan membalas ciuman tersebut. Mereka sudah jarang melakukan kemesraan seperti ini. Meskipun sering bertemu di studio, akhir-akhir ini Ruki tidak pernah mendekatinya secara personal.
“Ruu…”. Reita memanggil nama orang didepannya itu saat Ruki mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulutnya. Saat lidah mereka bersentuhan, muncul sensasi yang hebat di kepala Reita, ia sangat menikmati sentuhan yang liar namun manis dari lidah kecil yang memasuki mulutnya itu.
“Hmm… Lidahmu terasa pahit sekali”. Setelah merasa sedikit lelah, Ruki pun mulai melepaskan bibir Reita dari bibirnya. Lalu dengan sedikit keraguan ia rogok isi kantong celananya dan menemukan sebuah permen mint. “Ahh. Permennya hanya ada satu. Kau mau juga??”
“Ehh??”
“Jadi kau tidak mau??”
Reita yang melihat segurat senyum di bibir orang di depannya itu langsung mendekati pemuda kecil itu dengan perlahan. “Aku mau”. Jawabnya singkat dengan berbisik di telinga kanan Ruki.
“Kita makan bersama”. Ruki lalu menarik tangan Reita dan membawanya menuju ke dalam toilet tepat di depan mereka. Setelah mendekatkan tubuhnya ke tubuh Reita yang lebih tinggi di depannya, ia lalu mengecup leher pemuda itu dengan perlahan dan Reita pun langsung menutup pintu kecil di sampingnya sambil memutar kenop kuncinya.


++++

Toilet yang hening di pojokkan gedung itu memang jarang dipakai oleh para staff, karena band-band lain di perusahaan pun sedang melakukan tur di luar kota jadi keadaan di toilet ataupun gedung PSC di luar memang sangat sepi. Semenjak masuk ke toilet itu hanya terdengar desahan yang keluar dari dua orang didalamnya. Entah sudah berapa lama mereka tenggelam dari french kiss dan beberapa hal intim yang sudah lama tidak mereka lakukan di salah satu bilik di toilet itu.
“Aku rasa cukup. Kau sudah membalas hutangmu semalam”. Pemuda bertubuh kecil itu kemudian membuka kenop pintu di depannya dengan sedikit mengatur rambutnya yang acak-acakan. Pemuda tinggi di belakangnya lalu berusaha menutup zipper celananya sambil mengusap cairan yang tertinggal di mulutnya dengan sebelah tangannya.
“Jadi kau sudah tidak marah tentang yang semalam??”
“Tentu saja tidak. Nah, ayo kita makan, Rei!”. Dengan senyum yang merekah di bibirnya Ruki menarik tangan pemuda tinggi itu keluar dari dalam bilik toilet itu.
“Iya!”. Muka Reita yang kembali mendadak merah pun hanya bisa mengikuti langkah pemuda pendek itu dengan perlahan sampai menuju kantin di lantai satu. “Tapi Ruu… walaupun yang tadi itu permen mint, tapi lidahku terasa makin pahit, kenapa ya?”
“Kau tahu permen yang kita makan itu apa??”. Tanya Ruki kepada Reita yang sedang asyik menyantap menu makan siang special hari itu dengan lahap di depannya.
“Hmm… Katamu permen mint, tapi rasanya sangat pahit tidak seperti permen mint ==”
“Hahahaha… tentu saja pahit, aku sudah mengganti isinya”
“Oya??. Pantas saja terasa aneh”
“Aku menggantinya dengan permen obat masuk angin yang aku beli di konbini”. Jawab Ruki singkat sambil melahap potongan gyuuniku bakar di depannya.
“Heeeee…… apa??? Jadi yang tadi itu obat???”
“Ahahahaha… tapi sekarang kau tidak mual kan?. Tadi kau malah ingin terus menikmatinya”. Jawab Ruki sambil menyikut Reita dengan senyum sedikit mengejeknya.
“Ahhh… kau curang ==. Tapi, yaa aku sudah tidak mual lagi”
“Bagus kalau begitu! Lain kali kita lakukan lagi!”. Katanya sambil mengacak-acak rambut pirang si Bonkura.
“Hee…?!”
“Hei, ayo cepat habiskan makananmu! Latihan akan dimulai lima belas menit lagi”
“I... iya”
“Simpan semua obat dariku!! Jangan sampai kau buang lagi!!”
“Iya”
“Kau juga jangan terus melakukan kesalahan di latihan berikutnya!”
“Iya”
“Hm….”
“Ada lagi??”
“Koron kangen padamu. Aku rasa hari ini aku akan menginap di apaatomu sambil membawa koron”
“Ya…. silahkan!”. Jawab Reita sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Ahahaha… kau selalu menurut dengan semua perkataanku ya. Baguslah!”
“Maksudmu??”
“Jadi kalau aku bilang kalau ingin melamarmu besok, pasti kamu mau kan??”
“Heee…..”. Reita yang terkaget mendengar perkataan Ruki barusan menjatuhkan sumpit yang dipakainya tepat ke lantai samping kursinya. “Ka… Kau Serius???”
“Ahahahahaha… terserah kau menanggapinya sajalah”. Ruki lalu bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan meninggalkan Reita yang masih terkejut di meja tempat mereka makan. Melihat Ruki yang tertawa cekikikan pergi menjauh darinya itu membuat Reita menyadari kebodohannya menanggapi celotehan Ruki barusan. Ia pun kembali menyantap makanan di depannya setelah meminta sumpit baru dari pelayan kantin.
Setelah merasa cukup kenyang, Reita pun segera bergegas menuju ruang studio mereka. “Okurete sumimasen!”.
"Kenapa lama sekali?" Dan seperti yang ia duga, raut muka orang yang disayanginya itupun mendadak memburuk ketika melihat keterlambatannya menuju ruang latihan.
"Ma... maaf!"
"Ayo cepat ambil bassmu!" Reita pun langsung mengambil bassnya yang ia letakkan di sofa studio. Sepertinya Reita memang harus selalu bersabar menanggapi perubahan moodnya yang cukup drastis. Walau begitu ia sangat senang kalau mengingat hal yang mereka lakukan di toilet barusan. Dan berkat tindakan usil Ruki tadi, ia pun merasa rasa obat itu tidaklah terlalu buruk seperti yang dulu ia rasakan.


+O.W.A.R.I+

fanfic koron's confession chap.3

title: koron's confession
chap: 3
author: kiyoshi
rate: pg
pairs: reitaxruki, koronxkeiji
disclaimer: i believe that ruki will have a child from reita xO *ditabok*

+++
"Ya Tuhan. aku lupa menutup sangkarnya". Aku menyadari kecerobohanku pd saat itu, tampaknya keiji keluar saat aku dan Reita lengah.
"kaing kaing kaing"
"Maafkan ayah koron". Kupeluk erat anak kecilku yg dritadi tampak gelisah krn hilangnya kawan terbaiknya di depan matanya.
Kemudian aku melihat Reita menutup sambungan ponselnya sambil mendenguskan nafas.
"Bagaimana Reikun?"
"Sepertinya tdk ada. Neechan tidak melihat Keiji di rumahnya"
"Ma. . maaf"
"Eh, maaf untuk apa dear?"
"Karena aku lupa, Keiji jadi T___T"
"Ouch. Tidak dear, ini bukan kesalahanmu". Ia mengusap air mata yg bru saja jatuh di pipiku. "Seharusnya aku yg lebih menjaganya"
"Tapi itu jg kar. . ."
"Sssh. . Ia pasti kembali". Ia mengecup lembut bibirku yg bsah karna air mata. Sentuhan yg slalu membuat gelisahanku mjdi tenang.
"Mungkin Keiji hanya ingin brmain di luar. Sebagus apapun tmpatnya saat ini, baginya pundakku adalah tmpat terbaiknya utk pulang"
"Bagaimana kau bs seyakin itu?"
"Keiji itu belahan jiwaku, sama seperti Koronmu"
"Hm. . iya aku mengerti"
"Bagus, hapus air matamu Ruu. Kita cari Keiji bersama"
+++
Berdasarkan cerita Rei, selain sering bermain di rumah kakaknya, Keiji sgt menyukai bertengger di pohon momiji yg berada tepat di samping apaatonya. Daun merah tua momiji tampak berjatuhan di sekitar kami yg brusaha mencari sesosok burung nuri yg mungkin ada di dahannya. Namun dr tdi kami belum melihat sosok Keiji di sna.
"wuuf wuuf". Koron yg ikut mncari berusaha utk memanjat pohon itu.
"Kau tidak bisa sayang. Keiji tdk ada di sana". Kudekap bdan mungilnya dg tanganku.
"kaing"
"Sabar ya,sayang"
+++
Reita yg bru pergi ke dalam apaato untuk mencari Keiji pun memanggil namaku dr beranda apaatonya. "Ruu, ke sini sebentar"
"Ada apa?"
"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu". Sambil memeluk Koron, ku langkahkan kakiku menuju lantai dua apaato kecil itu. Begitu smpai di dalamnya, Rei menarikku ke dlam kamarnya.
"Hei,kau mau apa?. Jgn mengajakku utuk hal spti itu saat ini"
"Bukan bgitu. Coba lihat ini"
"Memang apa ini?". Mataku menyipit melihat slah stu meja di kamar Reita yg brantakan.
"Makanan keiji yg aku simpan di meja ini tercecer"
"Hee. . jd?"
"Ya, dia pasti td ke sini. Aku yakin ia berada tak jauh dr sini"
"Kau sdh memeriksa smua ruanganmu?"
"Belum"
"Klo bgtu,ayo kita cari!"

tbc~